MediumPos
Untuk Ummat Kami Sampaikan

Ini Pengakuan anggota DPRD Ida Yulita Susanti tentang Dugaan Pengeroyokan Dia dan Anaknya;

MP, PEKANBARU – Peristiwa dugaan pengeroyokan yang dialami anggota DPRD Pekanbaru Ida Yulita Susanti, SH, MH bersama anak laki lakinya, Fristy (22) oleh puluhan orang di Jalan Irkab, di samping Radja Koffie, Jalan Arifin Achmad Pekanbaru.

Setelah terjadi peristiwa dugaan pengeroyokan, Rabu petang, sekira pukul 18.45 WIB, beredar versi yang simpang siur. Penyebab kemarahan puluhan warga yang diduga pemuda tempatan ini juga beragam.

Ada yang bilang setelah mendengar anaknya dikeroyok, anggota DPRD Pekanbaru dari Partai Golkar ini bersama suaminya mengerahkan orang orangnya mencari pelaku pengeroyokan. Bahkan menurut pengakuan Gusri, Ketua RT 02, suami Ida sempat membawa kunci roda mendatangi rumah warga yang rumahnya digenangi air yang timbul dari mobil yang dikendarai Fistly.

Untuk menjawab kesimpangsiuran itu, Ida Yulita Susanti usai memberikan laporan polisi di Polresta Pekanbaru, Kamis (2/9/2021) sekira pukul 01.40 WIB memberikan keterangan secara detail soal pengeroyokan yang dialami dirinya dan anaknya, Fistly, berikut pengakuannya;

Anak saya menyampaikan kepada saya, dadanya sesak. Saya tanya mengapa sesak? Icil (panggilan kesayangan Ida untuk anaknya, Fistly, Red) mengatakan dipukuli orang.

Mengapa dipukuli? Anak saya bilang; tadi kan Icil lewat ke Jalan Rambutan ke Kafe Tama. Setiba di pertigaan jalan (Jalan Irkab-Jalan Arifin Achmad, samping Radja Koffie, Red), banjir dan macet. Maka berhentilah Icil di pertigaan jalan itu.

Pas berhenti lewat lah mobil Honda HRV mau memotong dari arah berlawanan. Sehingga tidak bisa dia mundur. Icil disuruh mundur, tapi tak bisa karena di belakang banjir dan sudah macet.

Akhirnya mobil yang belakang HRV ini lah yang mundur. Ketika sudah ada jalan dia belok kanan. Belok kanan, tak lama siap itu ada yang mengikuti pakai sepeda motor, pemuda pemuda. Ditokok tokoknya lah mobil itu.

Karena ditokok tokol (dipukul pukul) Icil takut, anak saya itu jalan aja terus. Setelah itu langsung dipotong di depan mobil. Pemuda pemuda itu langsung menyuruh Icil turun.

Anak saya langsung bertanya; ada apa Bang? Dijawabnya kau injak kaki aku. Lalu anak saya bertanya lagi; kaki yang mana Bang? Kalau iya saya bertanggung jawab. Setelah itu pemuda itu langsung meninju anak saya. Ditinjunya dada sebelah kirinya. Melihat itu ada bapak bapak yang melerai. Apa masalah apa masalahnya. Jadi apa kau yang dirugikan? tanya bapak yang meninju itu.

Setelah itu, saya bilang ke anak; dada Icil kan sesak. Mama jemput, ya. Sekalian ke rumah orang yang katanya banjir gara gara genang air yang katanya penyebabnya dari mobil anak saya.

Mama bantu lah ibu itu karena rumahnya datar dengan air. Iya lah, mama Salat (Maghrib, Red) dulu. Setelah itu saya berangkat dengan suami dan asisten saya.

Nah, sampai di kafe saya tanya, dada mana yang sakit? dada sebelah kiri. Masih bisa ditahan ndak? Masih Ma. Kalau masih bisa ditahan, mari lah kita ke rumah ibu yang rumahnya banjir itu. Nanti biar Mama yang ngomong sama ibu punya rumah tu. Kalau bisa dibantu kita bantu.Kalau kita yang salah, kita minta maaf lah.

Ida dan anakya, Listly membuat laporan di SPKT Polresta Pekanbaru.

Pas sampai ke rumah itu, saya lihat pemuda pemuda. Ada duduk dan ada yang berdiri di atas motor. Tampak saya turun dari mobil bersama anak saya, anak yang baru merah yang duduk di atas Honda (motor, Red), yang memukuli anak saya sore itu, langsung lari ke dalam rumah.

Lari ke dalam rumah, dibantingnya lah pintu (rumahnya sendiri, Red). Banting pintu mekik mekik (teriak teriak) lah Mamak (ibu) nya keluar menjerit jerit.

Belum sempat saya ngomong anaknya itu sudah keluar bawa parang. Anak yang baru merah itu bawa parang. Baju putih bawa ikat pinggang, yang pakai baju abu abu itu bawa linggis.

Bapak (suami Ida, Red) turun. Karena dia mukul mukul mobil. Kata Bapak kok ada orang bawa parang. Bapak bilang mundur kita.Karena didorong dorong. Karena didorong dorong terus. Lalu ibu ibu itu bilang; anak kau yang salah, anak kau yang salah! Jadi tak bisa berkomunikasi.

Bapak lari ke mobil biar bisa keluar. Bapak ke mobil, orang orang itu memukul mobil. Saya dan anak berlari ke arah depan (Jalan Arifin Achmad). Dikejarnya terus. Didorongnya saya, ditinju nya dari belakang.

Kemudian melihat saya ditinju, anak saya merangkul saya, untuk melindungi saya. Pas merangkul itu, saya melihat anak yang baru merah itu mengayunkan parang. Ketika melihat itu saya dorong yang baju merah itu.

Ketika saya dorong yang baju merah, anak yang makai baju putih dan abu abu memukul saya balek dengan anak saya. Dipukuli, tentu otomatis saya terduduk. Ini kan habis ne (sambil memperlihatkan bajunya, Red).

Cuma yang terpikir waktu itu bagaimana menyelamatkan diri. Saya tarik anak saya. Lari nak, lari nak. Dikejar terus. Dipukul lagi pakai ikat pinggang. Sampai samping di Radja Koffie, karena tendang pakai kakinya, saya terjatuh. Anak saya merangkul saya. Di situ lah kena kepala dengan parang yang dibawa pemuda yang pakai baju merah itu.

Saya bilang ke mereka yang mengeroyok. Apa yang kalian bunuh kami. Saya datang ke sini secara baik baik. Dia bilang **jing kau, **jing kau, anak kau salah. Ada bapak bapak di Radja Koffie ditariknya tangan saya ke atas. ke Radja Koffie. Lalu tangan satu lagi direntangkannya biar mereka tidak bisa masuk (ke Radja Koffie, Red).

Ada ibu dari Radja Koffie, dikasih lah air putih. Kami pun minum. Tak lama datang lah bapak baju hitam. Saya tengok saya kenal beliau Haris Kampai. Sama bilang ke Pak Haris Kampai; Bang Tolong, Bang, Suami saya di dalam mobil. Entah bagaimana sekarang.

Mobil suami Ida dirusak oleh diduga pelaku pengeroyokan.

Lalu suami bersama Pak Haris Kampai kembali ke Radja Koffie. (mobil ditinggal, Red). Saat di Radja Koffie sambil menenangkan diri. Saya pesan Grab.

Tiba tiba datang Pak RT dengan rombongan ”preman-preman” tadi mengerumi meja kami. Minta damai. Kita damai dulu, Bu, baru bubar.

Saya bilang ke Pak RT, tunggu ya Pak RT. Saya berobat dulu. Anak saya berobat dulu, karena berdarah kepalanya. Masalah damai dan penyelesaian nanti. Saya bilang ke Pak RT seperti itu. **jing kau, Kau damai sini dulu.

Datang Haris Kampai, kalau kau tak mau damai, saya lepas tangan. Ndak saya jawab. Karena kan mereka ramai, berkerumun. Datang Grab (taxi online, Red) kami langsung pergi. Itu lah kejadiannya. * (DW Baswir)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.