MediumPos
Untuk Ummat Kami Sampaikan

Prihatin Suku Akit, Walhi Desak PT Logomas Utama Hentikan Penambangan Pasir Laut

MP, PEKANBARU – Prihatin atas kelangsungan hidup masyarakat adat Suku Akit atau dulu dikenal dengan Suku Laut, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau mendesak pemerintah segera mencabut izin penambangan pasir laut PT Logomas Utama di Pulau Rupat, Bengkalis.

Desakan itu disampaikan Direktur Walhi Riau Even Sembiring melalui siaran pers yang diterima Medium Pos, Kamis (18/8/2022).

Dikatakannya, barusan dia baru pulang melihat kehidupan masyarakat adat Suku Akit di Rupat Utara. Bahkan Even berkesempatan menyaksikan upacara ritual sembahyang leluhur Suku Akit. Kebanyakan Suku Akit beragama Buddha dan Kong Hu Cu.

Menurut Even, relasi Suku Akit dengan laut yang cukup kuat harus dihormati dan dilindungi, salah satunya dengan tidak membiarkan tambang pasir laut di perairan Rupat Utara beroperasi.

Namun, sejak Desember 2021, Suku Akit Rupat dan komunitas lainnya di Pulau Rupat bagian Utara berjuang mengusir aktivitas tambang pasir laut. Mereka menolak aktivitas tambang yang merusak ekosistem laut tempat mereka menangkap ikan dan udang.

”Asun, salah seorang warga Suku Akit bersama beberapa nelayan lokal yang kami temui berharap izin tambang PT Logomas Utama dapat segera dicabut. Alasannya, agar mereka tenang mencari ikan di laut,” tuturnya.

Ditambahkan Direktur Walhi Riau, Suku Akit adalah salah satu suku asli yang telah ada selama ratusan tahun. Pemerintah harus memperhatikan kebutuhan Suku Akit agar pulau kecil yang mereka huni tetap aman dari berbagai ancaman kerusakan lingkungan.

Di tempat terpisah, Asun, salah satu nelayan Suku Akit menyebut sebelum mesin diesel dikenal, para orangtua kebanyakan tinggal di atas rakit. Hal itu dikarenakan sumber utama penghidupan mereka berasal dari laut, sehingga mereka menghabiskan banyak waktunya di laut.

“Orangtua dulu lebih susah. Sekarang sudah ada mesin, jadi bisa pergi pulang dari laut ke darat dalam sehari,” ujar Asun.

Asun juga bercerita, sampai sekarang Suku Akit kebanyakan masih menggantungkan hidupnya dari hasil laut, sehingga kondisi laut berpengaruh pada hasil tangkap mereka.

“Memang beberapa sudah mulai berkebun, tapi banyak yang masih melaut karena hanya itulah keahlian kami sejak dulu,” pungkasnya. * (DW Baswir)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.