MP, PEKANBARU– Sempat vakum karena Pandemi Covid-19, Suku Tionghoa Pekanbaru bakal menggelar Festival Zhong Qiu atau Festival Kue Bulan 2023, Jumat (29/9/2023) lusa.
Kebudayaan Festival Kue Bulan tahun ini ditaja Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) Riau, dipusatkan di Jalan Karet Pekanbaru.
Wakil Ketua Panitia Zhong Qiu Bersama Pekanbaru yang juga Ketua PSMTI Riau Stephen Sanjaya kepada wartawan, Rabu (27/09/2023), menjelaskan pihaknya sudah menyiapkan rangkaian acara untuk menyambut tradisi turun menurun suku Tionghoa seluruh dunia, termasuk Indonesia dan khususnya di Kota Pekanbaru.
”Festival Zhong Qiu ini akan disemarakkan dengan lomba membuat lampu lampion, lomba fotografi, yang view nya pada Jumat malam itu, serta tentunya acara puncaknya, Parade atau Pawai Lampion yang mengambil rute Jalan Karet/Dr Laemena-Jalan Juanda – Jalan Sam Ratulangi dan kembali lagi Jalan Karet,” terang Stephen.
Untuk menyemarakkan Festival Kue Bulan itu, imbuhnya, Panitia Festival Zhong Qiu Bersama telah mengundang Penjabat (Pj) Walikota Muflihun dan Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Jefri RP Siagian.
”Kita berharap Bapak Muflihun dan Kapolresta Pekanbaru, Bapak Jefri hadir dan ikut memeriahkan pegelaran ini. Diperkirakan ribuan warga Pekanbaru akan hadir pada Jumat malam lusa,” tuturnya.
Terlepas soal itu, Panitia Bidang Media, Ket Tjing menambahkan sejarah Festival Kue Bulan itu.
Disebutkannya, Zhong Qiu Jie, merupakan Festival Pertengahan Musim Gugur. Perayaan ini merupakan penting setelah Tahun Baru Imlek. Perayaan Zhong Qiu sudah ada ribuan tahun lalu. Dirayakan pada hari ke-15 bulan ke-8 penanggalan kalender Lunar Tionghoa.
“Tahun ini, puncak perayaannya jatuh pada tanggal 29 September tepat pada hari Jumat lusa,” terangnya.
Momen Perayaan Zhong Qiu ini saat ini lebih pada berkumpul bersama keluarga, kerabat, teman yang merayakannya. Dulunya, peringatan ini untuk merayakan syukuran hasil panen pada musim gugur dimana bulan sangat terang dan bulat (bulan purnama).
Munculnya asal usul Kue Bulan itu sendiri berkaitan dengan Legenda seorang pemanah yang berhasil memanah 9 matahari dari 10 matahari yang ada.
Pemanah tersebut dianggap berjasa menyelamatkan bumi dari kekeringan sehingga diangkat menjadi Raja. Suatu hari Raja tersebut diberi obat mujarab yang bisa membuatnya naik ke langit dan menjadi Dewa.
Tetapi karena tidak ingin naik ke langit tanpa istrinya, obat tersebut diberikannya kepada sang permaisuri untuk disimpan. Seorang pegawai istana yang mengetahui hal tersebut kemudian ingin mencurinya dari sang Ratu saat Raja tidak ada di tempat.
Karena tidak bisa melawan, sang Ratu kemudian memilih untuk meminum obat mujarab tersebut sendiri. Akibatnya dia merasakan pening lalu kemudian mulai terbang ke atas dan mendarat ke bulan.
Raja yang mengetahui hal tersebut sangat bersedih dan kemudian membangun sebuah altar lengkap dengan berbagai persembahan untuk mengenang sang istri tercinta.
Dan inilah awal masyarakat kuno Tiongkok mulai memberikan persembahan kepada Dewi Bulan. Peganan ini kemudian dikenal dengan Kue Bulan atau Moon Cake.
Menurut Ket Tjing, Kue Bulan di jaman sekarang ini memiliki berbagai rasa yang beragam seperti manis, asin, dan pedas. Sementara dari segi isinya, ada kuning telur, tausa atau kacang merah, buah-buahan, kacang hijau, es krim, dan lain sebagainya. * (DW Baswir)