MediumPos
Untuk Ummat Kami Sampaikan

KENA PANGGIL SENIOR

Oleh Helfizon Assyafei
(Penulis adalah Jurnalis, tinggal di Pekanbaru)

 

PULANG mengantar anak pergi upacara 17-an Agustus pagi ini pakai sepeda motor, beberapa pria dari dalam sebuah warung kopi meneriaki saya. “Boiii…singgah dulu.”

Saya menoleh dan ternyata mereka para senior (60 tahun ke atas) yang saya kenbal lagi ngopi santai. Rombongan ayahanda tour religi masjid kami yang pernah bersama dulu ke Painan. Sayapun singgah.

“Siap senior kalau tak singgah bisa disuruh jalan jongkok nanti saya,” ujar saya disambut tawa hangat mereka.

Sembari sarapan kami ngobrol dengan tema apa saja melompat-lompat mulai dari sosial, politik, agama, panjat pinang dan sebagainya. Dan pertanyaan dari salah seorang senior cukup menggelitik logika saya.

“Banyak masyarakat yang cari manfaat dari para caleg saat ini. Yang salah calegnya atau masyarakatnya?” Kami semua diam.

Dia jawab sendiri; “Yang salah kita semua,” ujarnya. Saat kita memandang politik adalah transaksi, lanjutnya, maka yang terjadi adalah jual-beli. Tidak ada lagi idealisme. Jika kau meminta uang atau barang atau apa saja pada caleg supaya dipilih maka bila ia terpilih ia tak perlu lagi menemui mu karena suaramu sudah dibeli. Ia hanya perlu datang lagi padamu 5 tahun lagi.

Saya bertanya; “Bagaimana memperbaiki ini semua?” Ia menjawab; “Dimulai dari diri sendiri. Jangan pernah jual suaramu dengan cara-cara itu. Memilihlah dengan nuranimu meski kau tak diberi apapun,” ujarnya mantap.

Saya bersyukur karena saya dari dulu melakukan hal yang dikatakannya itu dan ternyata kita memang akhirnya berkumpul dengan orang yang sehobi.

“Tapi kan prilaku itu cenderung terlalu baik untuk zaman yang tidak sebaik itu,” tukas saya. “Ya boi benar. Mungkin kejujuran kita dizaman yang menertawakan kejujuran ini adalah aneh, tapi kejujuran akan menolong kita pada waktunya nanti. Kalau tidak di sini ya di akhirat kelak,” ujarnya.

Kadang itulah positifnya berkawan dengan berbagai lapisan umur. Dari yang tua dapat nasihat. Dari yang sepantar dapat gembira. Dari yang muda dapat belajar teknologi.

Sebelum kami bubar senior yang pernah nyalon jadi wabup itu berbisik pada saya. “Mendaftar jadi wabup saja harus bayar ke partai. Itu belum jadi, baru mendaftar. Lalu ia berkeliling mencari tahu ternyata masih ada juga partai yang berupaya memegang idealisme dan tak memungut bayaran sama sekali,” ujarnya.

Saya penasaran. Apa partainya tu pak? Ia hanya tersenyum. Saya makin penasaran. “Please pak kasi tahu donk?”.

Ia tetap tersenyum. Saya lalu berlutut saking seriusnya, ia tak dapat menahan tawa.

“Kata kuncinya saja saya beri ya; ……Juara” ujarnya.

Ha ha ha bisa aja bapak ne.

Selamat HUT RI ke-78, Merdeka!!!

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.